Kiageng Singoatipscp
LEGENDA HIDUP
........JALAN PANJANG PARA KESATRIA SARDULO SETO........
Sering terkenang manakala melihat foto 3 orang sepuh yang mengenakan
seragam kebesarannya, seragam Wasana!, Mbah Wagiman, Mbah Kusdi dan Mbah
Maelan, mereka yang dulu jadi guru SD ku di akhir tahun 80 an, trenyuh
dan terharu mengingat masa-masa masih bergaul dalam didikan beliau2 yang
penuh disiplin namun tetap hangemong, juga menempa dan membentuk
karakter pemuda desaku menjadi kesatria Pscp masa-masa awal perkembangan
perguruan yang tahun itu masih sering terjadi benturan dengan
penyebaran Psht, BI dan beberapa organisasi beladiri lain yang berusaha
menancapkan pengaruh di Panekan Kala itu!
3 Legenda hidup yang pernah aku kenal baik, mbah Kusdi yang gagah
pidekso, bermata tajam bak sorot mata Harimau Jawa, Mbah Maelan yang
penuh semangat namun ramah, Mbah Wagiman yang sederhana, kadang kocak
dan konyol!
Berpuluh2 tahun dulu kala, Eyang Mursid merantau, mengembara menjadi
musyafir sampai Alam Minangkabau untuk mencari jati diri dan ilmu dunia
akherat, pulang ke Jawa mendirikan Paguyuban Merdi Anorogo Sakti (M.A.S)
pada tahun 1964 yang memiliki murid kinasih 6 orang, Wagiman, Kusdi,
Purdjito, Maelan, Soemarmo, dan Achmad Nidom.
Wagiman sebagai murid yang cerdas menyederhanakan tingkat kerumitan
jurus2 pencak silat Mardi Anorogo Sakti agar lebih praktis, taktis dan
mudah dipelajari, hal ini di dukung sepenuhnya oleh saudara2
seperguruannya.
Pada tahun 1974, bulan Juli, Tanggal 18, mereka sepakat mendirikan
organisasi beladiri yang bernama : BELADIRI PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH,
yang berpusat di Kelurahan Panekan, Kecamatan Panekan, kabupaten Magetan
Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
Awal-awal berdirinya organisasi ini menghadapi tantangan dan suka duka
yang sangat panjang dan melelahkan, namun dengan semangat Panca Setia,
Wagiman muda bersama saudara2 seperguruannya semakin mendapatkan simpati
dari masyarakat Panekan, sehingga pemuda2 desa di wilayah sekitar
panekan beramai2 masuk menjadi murid perguruan beladiri tersebut.
Sering pendekar-pendekar muda didikan Perguruan yang masih berusia muda
dan baru berdiri tersebut secara tidak langsung bentrok dengan
pendekar-pendekar organisasi lain, saya teringat kakak2 saya bersama
kawan2nya waktu nonton acara dangdut di pemandian umum Nogo, Kendal,
Ngawi, berjalan kaki dari desaku selama setengah hari, jadi pagi buta
ayam berkokok pertama sudah berangkat, jaman itu belum ada yang memiliki
sepeda motor.
Mereka menyisir pinggang gunung Lawu dari arah selatan dan sampai di
lokasi jam 8-nan pagi, lha, ketika orkes dimulai, ada pemuda Desa
Jabung, Kec. Panekan yang kena pukul pemuda lain, karena kenal mereka
menolong, tak lama pemuda resek tersebut ketemu, ditegur baik2 disuruh
minta maaf malah menantang duel, ahkirnya salah satu usul untuk bikin
kalangan.
Tak lama mereka memilih lokasi yang agak menjauh dari lokasi acara orkes
dangdut, kawan2 pemuda resek tersebut hampir dua kali lipat jumlahnya,
salah satu dari maju dan berkata"
"apa benar teman kami bersalah, tidak mungkin kami cah Panekan membuat onar di rumah orang!"
"nyatanya, ngapain enak2 joged kakiku di injak, sikut nyodok rahang!!"
"tadi temenku udah minta maaf, kan ga sengojo, kenapa malah memukul wajah?"
"bah,brtele2....aku Mediun, nek wani siji musuh siji"
"aturane?"
"sing kalah ngakoni kalah, njaluk luput karo mbungkuk hormat ping telu!"
"sip!"
"apapun yang terjadi, pertarungan ini satu lawan satu tanpa senjata,
pihak yang kalah harus menerima, setujuuuuuu?.....mereka jawab
setujuuuuuu bareng2!
Maka segera wakil terkuat dari kelompok itu berhadapan, segera adu
tendang dan jual beli pukulan di titik2 mematikan, namun, anak Madiun
itu roboh oleh liukan pendek saat ia menerjang dada musuhnya yang
bertubuh sedang dengan tendangan T datar dengan kuda2 sempurna di satu
kaki kirinya, BUkkk....Hekkkk!, ia pingsan!
Acara orkes mereka tonton, yang sampai usai, maklum jaman jadul haus
hiburan, yang pingsan diurus kawan2nya, salah satu mewakili membungkuk 3
x, berlalu degan wajah tertunduk lesu! tidak ada tawuran masal, mereka
menepati aturan yang di buat sebelum duel!.
Sejak saat itulah, di tahun 80-an sampai pertengahan 90-an,
pendekar-pendekar dari wilayah Madiun atau didikan Madiun mengetahui
telah muncul Harimau Putih atau Macan Putih di Timur Gunung Lawu!,
mereka selalu segan jika melintas di perempatan Panekan, salah satunya
mengatakan, berdiri bulu kuduknya jika melintas di kandang macan!
Pada suatu ketika, sekitar pertengahan tahun 80-an, seorang gadis di
desaku yang bersekolah di Magetan, karena akrab dengan anak-anak Madiun
ikut organisasi beladiri SH Terate, hal ini menimbulkan bara api dalam
sekam, karena kakak gadis tersebut pelatih muda PSCP yang dipercaya
mengkonsolidasikan kepelatihan bagi pemuda pemuda desaku.
Bak episode cerita silat, teman teman gadis tersebut sering main di
desaku, malah sehabis berlatih beladiri Terate pun mereka mampir,
minum-minum kelapa muda di kebun yang sejuk dan indah, tertawa bersama
dan hal ini menimbulkan rasa jengah di dada pendekar pendekar Pscp
setempat.
Sang kakak yang sangat menyayangi adiknya tidak mampu menasehati lagi,
sehingga ia pasrah saja akan tindakan pencegatan pendekar pendekar Pscp
kepada kawan kawan sang gadis sehabis bermain di desaku, dua kekuatan
raksasa ahkirnya bertemu juga, ternyata ujung permasalahannya adalah
pemuda Terate yang menjadi pelatih berpacaran dengan sang gadis,
pendekar-pendekar Pscp desaku merasa ditantang di siang bolong, panas
dan terbakar dadanya.
Minggu siang yang cerah, jalanan di desaku lengang, dari arah barat
muncul sepeda motor, beberapa pemuda meloncat dari arah semak belukar
persawahan yang sedang ditumbuhi palawija yang lebat.
Salah satu menyetop laju motor:
"berhenti dulu mas...."
"ada apa mas?"
"sampeyan koncone Dewi?"
"yo mas, aku Magetan, koncone Dewi neng SMEA"
"ojo dadi atimu, aku dengan teman-teman cuma ingin kenalan saja, mas"
"oo ya, aku Dedi"
"ya, kami berempat mengucapkan salam, saya Suradi, sebelah kiri saya Salam, dan dibelakangku Sukiran dan Simun"
"ada apa ya mas2 berempat menghentikan saya"
"kami cuman dengar sampeyan ikut Terate ya mas, kami Dari CP, jika
sampeyan pelatih, saya harap tidak menyebarkan ilmu sampeyan, karena
kami sudah sepakat untuk menerima CP sebagai satu2nya beladiri yang akan
mendidik kami dan adik2 kami dalam beladiri, jika sampeyan pacaran
dengan Dewi ya saya harap tidak memanfaatkan itu untuk mengubah
organisasi kami dari CP menjadi Tetate mas!"
Pembicaraan yang kaku, karena sebenarnya pemuda2 desaku sudah ingin
menghajar anak Terate tersebut, namun kala itu mereka sudah dipesankakak
Dewi agar tidak melukai namun hanya menegur sapa saja.
Apa benar cuman tegur sapa saja.....kayaknya ada hal lain yang akan lebih seru dulur2ku sanak kadang Pscp.
Jauh sebelum kejadian tersebut, sang Guru, Eyang Wagiman yang waktu itu
masih Muda, selalu mewanti-wanti anak didik dan murid2 silatnya untuk
bertarung sebagai lelaki, haram hukumnya bertarung keroyokan, karena hal
itu hanya akan merendahkan martabat perguruan dan nama baik guru.
Yah, demikianlah, seperti api dalam sekam yang terjadi, saat masalah
satu belum usai, masalah dengan anak Terate yang selalu membikin panas
hati pendekar2 Pscp di desakau, yang jika berkunjung ke rumah pujaan
hatiny selalu naik motor dan dengan sikap jumawa dan sok lanang, belum
terselesaikan, para pendekar semakin aktif berlatih setiap malam minggu
sampai menjelang subuh untuk menempa diri bersama guru2nya, siap jika
sewaktu2 sang guru memerintahkan untuk bertarung satu lawan satu dengan
anak terate tersebut!, bukan berarti mereka gentar, hanya karena
intruksi damai dari sang guru besar!
Beberapa padukuhan di barat rumahku, ada komunitas Bunga Islam yang
mulai menyebarkan ajaran silat, pada awal2nya tidak terjadi hal2 yang
mencurigakan, karena kegiatan mereka hanya dilakukan secara intern
pengajian remaja masjid saja, namun permasalahannya menjadi lain ketika
pada suatu saat diketahui, murid2 calon Purwa PSCP yang selalu ikut
latihan malam minggu menjadi semakin berkurang jumlahnya, dan hal ini
menimbulkan tanda tanya bagi para pelatihnya.
Selidik punya selidik ahkirnya diketahui jika para murid secara masif
dan terindoktrinasi masuk ke dalam aliran Bunga Islam, puncaknya ketika
acara perayaan Hari Ulang tahun Kemerdekaan RI, para pendekar muda BI
tampil di panggung malam dengn demo silatnya.
Yang menjadi permasalahannya adalah ketika para pendekar muda BI
memperagakan jurus2 PSCP yang khas, otomatis seperti ditampar, malam itu
juga beberapa pendekar senior PSCP menghadap Eyang Wagiman untuk
meminta petunjuk atas apa yang malam itu terjadi.
Paginya seluruh desa gempar, satu truk pasukan pendekar senior PSCP dan
rombongan sepeda motor berboncengan mengepung tempat latihan para
pendekar BI, mereka diminta secara tegas untuk tidak menggunakan jurus2
khas PSCP dalam gerakan silatnya, jika memang ingin menggunakajn jurus
itu harus mendapatkan ijin resmi dari Guru Besar PSCP dalam satu payung
perguruan, bukan asal comot dan mencuri jurus semacam itu.
Setelah kedua peristiwa di atas, Eyang wagiman dan para guru besar
semakin meningkatkan wawasan kebanngsaan, cinta tanah air dan setia
kepada perguruan juga rasa welas asih saling menyayangi sesama insan tak
lupa juga semakin memupuk rasa saling menghormati organisasi bela diri
lain yang tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Eyang wagiman sendiri menjadi Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Cabang
Magetan pada tahun 1969, saat dimana negara Republik Indonesia sedang
dalam masa peralihan kekuasaan, dari Lama menjadi Orde Baroe, sehingga
beliau menjiwai sampai darah daging semangat pencak silat Indonesia yang
ikut memerdekaan NKRI.
Tiada bosan-bosannya eyang Wagiman mendidik murid-muridnya, karena
selain sebagai seorang guru silat yang mumpuni, beliau juga seorang
Pegawai negeri Sipil dan menjadi Guru SD.
Tidak di padepokan, tidak di sekolah, beliau selalu menempa budi pekerti
murid2nya, sehingga kejadian dimana siswa Pscp yang membikin onar dapat
dieliminasi sedini mungkin, doktrinasi perguruan yang cinta damai
semakin membesarkan Perguruan Pencak Silat Cempaka Putih yang lahir dan
tumbuh di Timur Gunung Lawu.
Suatu ketika, Pemerintah Daerah Tingkat II Magetan merayakan Hari Jadi
Kabupaten Magetan, parade akbar menampilkan berbagai hasil2 pembangunan
dari berbagai instansi pemerintah dan juga organisasi masa juga
organisasi politik, beladiri, kesenian dll.
Pagi harinya, pasukan berkerah putih telah mengibarkan Komando Panji
Perguruan, Panji IPSI juga Sang Merah Putih, barisan panjang bak naga
nganglang jagad membuat bangga dada2 muda para pendekar macan putih,
dengan langkah tegap ikut serta dalam konvoi panjang perayaan HUT Kab,
Magetan.
Langit cerah, biru tiada awan, gunung lawu mwenjulang gagah seakan
bangga menyaksikan putra2 terbaik Cempak putih yang mengibarkan 3 panji
dengan rasa yang menggelora, karena inilah parade kebanggaan yang lama
mereka nantikan.
Tidak diketahui dari mana, tiba2 saja, barisan Organisasi PSHT menyalib
barisan PSCP dari belakang , salah satu pendekar adu jotos, para
koordinator pendekar dari kedua perguruan sepakat mengadakan demo silat
untuk menghindari pertarungan massa!
Warga masyarakat tidak menyangka ada pertempuran antar dua perguruan,
mereka mengira hanya demo silat biasa, namun dengan cepat diantara
wakil2 yang menjadi peraga, mati2an mengalahkan musuhnya dengan jurus
terbaik yang mereka kuasai.
adu tendangan, elakan, pukulan semua begitu kuat dan cepat, antaar hidup
dan mati rasanya kawannya menyaksikan dengan dada berdebar2!, beberapa
kali kedua pendekar dari kedua perguruan melanggar kode etik dengan
memukul kepala, karena cenderung membahayakan keselamatan kedua petarung
maka dihentikan dan masing2 di hukum push up oleh pelatih senior mereka
masing2, kedua pelatih saling berjabat tangan dan mengurus siswanya
yang luka2 memar.
Wakil dari PSHT meringis tertatih, wakil PSCP menahan nyeri di ulu hati,
mereka mendapatkan luka dalam yang lumayan serius karena bertarung
tanpa pelindung tubuh dan kepala salah satu senior menyalurkan energi
penyembuhan, beberapa saat meringis kesakitan dan ahkirnya dapat
tersenyum kembali dan meloncat2 kecil tand telah pulih seperti sedia
kala, sementara pendekar PSHT telah lewat jauh di depan dengan tergesa2!
Acara parade teras berlangsung, warga bertepuk tangan menyaksikan adu silat anta kedua perguruan.
,..................................................................................................................................................................................(maaf.......ceritanya
bersambung dulu yah dulur),,,,,,,,salam satu jiwo, WIRO YUDHO
WICAKSONO..........
REFERENSI:
BERBAGAI SUMBER
PENGALAMAN PRIBADI
LITERATUR IPSI
6-3-2011
DEDIKASI UNTUK 3 LEGENDA HIDUP PSCP:
- DWIJA WAGIMAN, WASANA
- KUSDI WASANA
- MAELAN WASANA