Sabtu, 09 Maret 2013

cerita tentang berdirinya padepokan pencak silat CEMPAKA PUTIH

pencak silat cempaka putih

Kiageng Singoatipscp

LEGENDA HIDUP

........JALAN PANJANG PARA KESATRIA SARDULO SETO........

Sering terkenang manakala melihat foto 3 orang sepuh yang mengenakan seragam kebesarannya, seragam Wasana!, Mbah Wagiman, Mbah Kusdi dan Mbah Maelan, mereka yang dulu jadi guru SD ku di akhir tahun 80 an, trenyuh dan terharu mengingat masa-masa masih bergaul dalam didikan beliau2 yang penuh disiplin namun tetap hangemong, juga menempa dan membentuk karakter pemuda desaku menjadi kesatria Pscp masa-masa awal perkembangan perguruan yang tahun itu masih sering terjadi benturan dengan penyebaran Psht, BI dan beberapa organisasi beladiri lain yang berusaha menancapkan pengaruh di Panekan Kala itu!

3 Legenda hidup yang pernah aku kenal baik, mbah Kusdi yang gagah pidekso, bermata tajam bak sorot mata Harimau Jawa, Mbah Maelan yang penuh semangat namun ramah, Mbah Wagiman yang sederhana, kadang kocak dan konyol!

Berpuluh2 tahun dulu kala, Eyang Mursid merantau, mengembara menjadi musyafir sampai Alam Minangkabau untuk mencari jati diri dan ilmu dunia akherat, pulang ke Jawa mendirikan Paguyuban Merdi Anorogo Sakti (M.A.S) pada tahun 1964 yang memiliki murid kinasih 6 orang, Wagiman, Kusdi, Purdjito, Maelan, Soemarmo, dan Achmad Nidom.

Wagiman sebagai murid yang cerdas menyederhanakan tingkat kerumitan jurus2 pencak silat Mardi Anorogo Sakti agar lebih praktis, taktis dan mudah dipelajari, hal ini di dukung sepenuhnya oleh saudara2 seperguruannya.

Pada tahun 1974, bulan Juli, Tanggal 18, mereka sepakat mendirikan organisasi beladiri yang bernama : BELADIRI PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH, yang berpusat di Kelurahan Panekan, Kecamatan Panekan, kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur, Indonesia.

Awal-awal berdirinya organisasi ini menghadapi tantangan dan suka duka yang sangat panjang dan melelahkan, namun dengan semangat Panca Setia, Wagiman muda bersama saudara2 seperguruannya semakin mendapatkan simpati dari masyarakat Panekan, sehingga pemuda2 desa di wilayah sekitar panekan beramai2 masuk menjadi murid perguruan beladiri tersebut.

Sering pendekar-pendekar muda didikan Perguruan yang masih berusia muda dan baru berdiri tersebut secara tidak langsung bentrok dengan pendekar-pendekar organisasi lain, saya teringat kakak2 saya bersama kawan2nya waktu nonton acara dangdut di pemandian umum Nogo, Kendal, Ngawi, berjalan kaki dari desaku selama setengah hari, jadi pagi buta ayam berkokok pertama sudah berangkat, jaman itu belum ada yang memiliki sepeda motor.

Mereka menyisir pinggang gunung Lawu dari arah selatan dan sampai di lokasi jam 8-nan pagi, lha, ketika orkes dimulai, ada pemuda Desa Jabung, Kec. Panekan yang kena pukul pemuda lain, karena kenal mereka menolong, tak lama pemuda resek tersebut ketemu, ditegur baik2 disuruh minta maaf malah menantang duel, ahkirnya salah satu usul untuk bikin kalangan.

Tak lama mereka memilih lokasi yang agak menjauh dari lokasi acara orkes dangdut, kawan2 pemuda resek tersebut hampir dua kali lipat jumlahnya, salah satu dari maju dan berkata"

"apa benar teman kami bersalah, tidak mungkin kami cah Panekan membuat onar di rumah orang!"

"nyatanya, ngapain enak2 joged kakiku di injak, sikut nyodok rahang!!"

"tadi temenku udah minta maaf, kan ga sengojo, kenapa malah memukul wajah?"

"bah,brtele2....aku Mediun, nek wani siji musuh siji"

"aturane?"

"sing kalah ngakoni kalah, njaluk luput karo mbungkuk hormat ping telu!"

"sip!"

"apapun yang terjadi, pertarungan ini satu lawan satu tanpa senjata, pihak yang kalah harus menerima, setujuuuuuu?.....mereka jawab setujuuuuuu bareng2!

Maka segera wakil terkuat dari kelompok itu berhadapan, segera adu tendang dan jual beli pukulan di titik2 mematikan, namun, anak Madiun itu roboh oleh liukan pendek saat ia menerjang dada musuhnya yang bertubuh sedang dengan tendangan T datar dengan kuda2 sempurna di satu kaki kirinya, BUkkk....Hekkkk!, ia pingsan!

Acara orkes mereka tonton, yang sampai usai, maklum jaman jadul haus hiburan, yang pingsan diurus kawan2nya, salah satu mewakili membungkuk 3 x, berlalu degan wajah tertunduk lesu! tidak ada tawuran masal, mereka menepati aturan yang di buat sebelum duel!.

Sejak saat itulah, di tahun 80-an sampai pertengahan 90-an, pendekar-pendekar dari wilayah Madiun atau didikan Madiun mengetahui telah muncul Harimau Putih atau Macan Putih di Timur Gunung Lawu!, mereka selalu segan jika melintas di perempatan Panekan, salah satunya mengatakan, berdiri bulu kuduknya jika melintas di kandang macan!

Pada suatu ketika, sekitar pertengahan tahun 80-an, seorang gadis di desaku yang bersekolah di Magetan, karena akrab dengan anak-anak Madiun ikut organisasi beladiri SH Terate, hal ini menimbulkan bara api dalam sekam, karena kakak gadis tersebut pelatih muda PSCP yang dipercaya mengkonsolidasikan kepelatihan bagi pemuda pemuda desaku.

Bak episode cerita silat, teman teman gadis tersebut sering main di desaku, malah sehabis berlatih beladiri Terate pun mereka mampir, minum-minum kelapa muda di kebun yang sejuk dan indah, tertawa bersama dan hal ini menimbulkan rasa jengah di dada pendekar pendekar Pscp setempat.

Sang kakak yang sangat menyayangi adiknya tidak mampu menasehati lagi, sehingga ia pasrah saja akan tindakan pencegatan pendekar pendekar Pscp kepada kawan kawan sang gadis sehabis bermain di desaku, dua kekuatan raksasa ahkirnya bertemu juga, ternyata ujung permasalahannya adalah pemuda Terate yang menjadi pelatih berpacaran dengan sang gadis, pendekar-pendekar Pscp desaku merasa ditantang di siang bolong, panas dan terbakar dadanya.

Minggu siang yang cerah, jalanan di desaku lengang, dari arah barat muncul sepeda motor, beberapa pemuda meloncat dari arah semak belukar persawahan yang sedang ditumbuhi palawija yang lebat.

Salah satu menyetop laju motor:

"berhenti dulu mas...."

"ada apa mas?"

"sampeyan koncone Dewi?"

"yo mas, aku Magetan, koncone Dewi neng SMEA"

"ojo dadi atimu, aku dengan teman-teman cuma ingin kenalan saja, mas"

"oo ya, aku Dedi"

"ya, kami berempat mengucapkan salam, saya Suradi, sebelah kiri saya Salam, dan dibelakangku Sukiran dan Simun"

"ada apa ya mas2 berempat menghentikan saya"

"kami cuman dengar sampeyan ikut Terate ya mas, kami Dari CP, jika sampeyan pelatih, saya harap tidak menyebarkan ilmu sampeyan, karena kami sudah sepakat untuk menerima CP sebagai satu2nya beladiri yang akan mendidik kami dan adik2 kami dalam beladiri, jika sampeyan pacaran dengan Dewi ya saya harap tidak memanfaatkan itu untuk mengubah organisasi kami dari CP menjadi Tetate mas!"

Pembicaraan yang kaku, karena sebenarnya pemuda2 desaku sudah ingin menghajar anak Terate tersebut, namun kala itu mereka sudah dipesankakak Dewi agar tidak melukai namun hanya menegur sapa saja.
Apa benar cuman tegur sapa saja.....kayaknya ada hal lain yang akan lebih seru dulur2ku sanak kadang Pscp.

Jauh sebelum kejadian tersebut, sang Guru, Eyang Wagiman yang waktu itu masih Muda, selalu mewanti-wanti anak didik dan murid2 silatnya untuk bertarung sebagai lelaki, haram hukumnya bertarung keroyokan, karena hal itu hanya akan merendahkan martabat perguruan dan nama baik guru.

Yah, demikianlah, seperti api dalam sekam yang terjadi, saat masalah satu belum usai, masalah dengan anak Terate yang selalu membikin panas hati pendekar2 Pscp di desakau, yang jika berkunjung ke rumah pujaan hatiny selalu naik motor dan dengan sikap jumawa dan sok lanang, belum terselesaikan, para pendekar semakin aktif berlatih setiap malam minggu sampai menjelang subuh untuk menempa diri bersama guru2nya, siap jika sewaktu2 sang guru memerintahkan untuk bertarung satu lawan satu dengan anak terate tersebut!, bukan berarti mereka gentar, hanya karena intruksi damai dari sang guru besar!

Beberapa padukuhan di barat rumahku, ada komunitas Bunga Islam yang mulai menyebarkan ajaran silat, pada awal2nya tidak terjadi hal2 yang mencurigakan, karena kegiatan mereka hanya dilakukan secara intern pengajian remaja masjid saja, namun permasalahannya menjadi lain ketika pada suatu saat diketahui, murid2 calon Purwa PSCP yang selalu ikut latihan malam minggu menjadi semakin berkurang jumlahnya, dan hal ini menimbulkan tanda tanya bagi para pelatihnya.

Selidik punya selidik ahkirnya diketahui jika para murid secara masif dan terindoktrinasi masuk ke dalam aliran Bunga Islam, puncaknya ketika acara perayaan Hari Ulang tahun Kemerdekaan RI, para pendekar muda BI tampil di panggung malam dengn demo silatnya.

Yang menjadi permasalahannya adalah ketika para pendekar muda BI memperagakan jurus2 PSCP yang khas, otomatis seperti ditampar, malam itu juga beberapa pendekar senior PSCP menghadap Eyang Wagiman untuk meminta petunjuk atas apa yang malam itu terjadi.

Paginya seluruh desa gempar, satu truk pasukan pendekar senior PSCP dan rombongan sepeda motor berboncengan mengepung tempat latihan para pendekar BI, mereka diminta secara tegas untuk tidak menggunakan jurus2 khas PSCP dalam gerakan silatnya, jika memang ingin menggunakajn jurus itu harus mendapatkan ijin resmi dari Guru Besar PSCP dalam satu payung perguruan, bukan asal comot dan mencuri jurus semacam itu.

Setelah kedua peristiwa di atas, Eyang wagiman dan para guru besar semakin meningkatkan wawasan kebanngsaan, cinta tanah air dan setia kepada perguruan juga rasa welas asih saling menyayangi sesama insan tak lupa juga semakin memupuk rasa saling menghormati organisasi bela diri lain yang tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Eyang wagiman sendiri menjadi Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Cabang Magetan pada tahun 1969, saat dimana negara Republik Indonesia sedang dalam masa peralihan kekuasaan, dari Lama menjadi Orde Baroe, sehingga beliau menjiwai sampai darah daging semangat pencak silat Indonesia yang ikut memerdekaan NKRI.

Tiada bosan-bosannya eyang Wagiman mendidik murid-muridnya, karena selain sebagai seorang guru silat yang mumpuni, beliau juga seorang Pegawai negeri Sipil dan menjadi Guru SD.

Tidak di padepokan, tidak di sekolah, beliau selalu menempa budi pekerti murid2nya, sehingga kejadian dimana siswa Pscp yang membikin onar dapat dieliminasi sedini mungkin, doktrinasi perguruan yang cinta damai semakin membesarkan Perguruan Pencak Silat Cempaka Putih yang lahir dan tumbuh di Timur Gunung Lawu.

Suatu ketika, Pemerintah Daerah Tingkat II Magetan merayakan Hari Jadi Kabupaten Magetan, parade akbar menampilkan berbagai hasil2 pembangunan dari berbagai instansi pemerintah dan juga organisasi masa juga organisasi politik, beladiri, kesenian dll.

Pagi harinya, pasukan berkerah putih telah mengibarkan Komando Panji Perguruan, Panji IPSI juga Sang Merah Putih, barisan panjang bak naga nganglang jagad membuat bangga dada2 muda para pendekar macan putih, dengan langkah tegap ikut serta dalam konvoi panjang perayaan HUT Kab, Magetan.

Langit cerah, biru tiada awan, gunung lawu mwenjulang gagah seakan bangga menyaksikan putra2 terbaik Cempak putih yang mengibarkan 3 panji dengan rasa yang menggelora, karena inilah parade kebanggaan yang lama mereka nantikan.

Tidak diketahui dari mana, tiba2 saja, barisan Organisasi PSHT menyalib barisan PSCP dari belakang , salah satu pendekar adu jotos, para koordinator pendekar dari kedua perguruan sepakat mengadakan demo silat untuk menghindari pertarungan massa!

Warga masyarakat tidak menyangka ada pertempuran antar dua perguruan, mereka mengira hanya demo silat biasa, namun dengan cepat diantara wakil2 yang menjadi peraga, mati2an mengalahkan musuhnya dengan jurus terbaik yang mereka kuasai.

adu tendangan, elakan, pukulan semua begitu kuat dan cepat, antaar hidup dan mati rasanya kawannya menyaksikan dengan dada berdebar2!, beberapa kali kedua pendekar dari kedua perguruan melanggar kode etik dengan memukul kepala, karena cenderung membahayakan keselamatan kedua petarung maka dihentikan dan masing2 di hukum push up oleh pelatih senior mereka masing2, kedua pelatih saling berjabat tangan dan mengurus siswanya yang luka2 memar.

Wakil dari PSHT meringis tertatih, wakil PSCP menahan nyeri di ulu hati, mereka mendapatkan luka dalam yang lumayan serius karena bertarung tanpa pelindung tubuh dan kepala salah satu senior menyalurkan energi penyembuhan, beberapa saat meringis kesakitan dan ahkirnya dapat tersenyum kembali dan meloncat2 kecil tand telah pulih seperti sedia kala, sementara pendekar PSHT telah lewat jauh di depan dengan tergesa2!

Acara parade teras berlangsung, warga bertepuk tangan menyaksikan adu silat anta kedua perguruan.

,..................................................................................................................................................................................(maaf.......ceritanya bersambung dulu yah dulur),,,,,,,,salam satu jiwo, WIRO YUDHO WICAKSONO..........

REFERENSI:
BERBAGAI SUMBER
PENGALAMAN PRIBADI
LITERATUR IPSI
6-3-2011

DEDIKASI UNTUK 3 LEGENDA HIDUP PSCP:
- DWIJA WAGIMAN, WASANA
- KUSDI WASANA
- MAELAN WASANA

SEJARAH SINGKAT ORGANISASI PENCAK SILAT CEMPAKA PUTIH

1. Warisan Nenek Moyang
Pencak silat merupakan kebudayaan yang tumbuh dan di gali oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan di wariskan kepada anak cucu melalui proses panjang secara turun temurun dan mengandung nilai-nilai budaya, tradisi atau adat istiadat, dimana pencak silat didalamnya terkandung unsur-unsur:
- Olahraga
- Bela diri
- Seni
- Ilmu lahir dan batin
- Kehidupan Organisasi
Konon ilmu ini pada zaman kerajaan digunakan untuk membela diri dan mempertahankan kedaulatan kerajaan, adapun pencak silat dapat diartikan:
“Ngepenake Kawicaksanan/mengutamakan kebijaksanaan”, Silat “Sinau/belajar”, Ilmu “laku amanah dari Tuhan/Alloh”

2. Pewaris Eyang Mursid
Mengalirlah darah pesilat dan pendekar dari nenek moyang kita kepada remaja Mursid, dimana Mursid belia dibesarkan dan di tempa dalam dunia persilatan. Pada tahun 1923 beliau menggeluti dan menggali ilmu-ilmu pencak silat dan mengembara ke beberapa daerah, antara lain:
- Bandung
- Yogjakarta
- Banten
- Palembang
- Aceh
- Minangkabau
- Dan tempat-tempat lain.
Dalam benak anak muda ini menggelora semangat untuk mengembangkan dan melestarikan pencak silat yang merupakan seni budaya luhur dari nenek moyang bangsa Indonesia. Beliau sejak muda terlatih bertahan hidup dalam dunia pengembaraan yang keras dan penuh marabahaya, disamping itu tanah air kita masih dalam cengkeraman penjajah kolonial Belanda.
Pada masa perang kemerdekaan, Eyang Mursid bersama, seluruh putra putri bangsa Indonesia bersatu padu mengangkat senjata mengusir penjajah belanda dari bumi pertiwi tercinta. Kemampuan silat beliau dan ilmu kebatinan tingkat tinggi serta pengobatan tenaga dalam membuat kagum kawan-kawanya yang tergabung dalam laskar jihad, dimana tiada sebutir pelurupun yang dapat melukai badan beliau!.
Pada tahun 1960, beliau berada di Magetan, sebuah kota kecil di timur Gunung Lawu, sebuah kota yang menjadi tapal batas propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah sekarang ini. Tempat indah dan sejuk, antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu membuat jiwa beliau tenteram, lembah indah dan sejuk itu membuat ia dan para pendekar didikannya mendirikan padepokan Pencak Silat yang di beri nama Merdi Anorogo Sakti/MAS, pada tahun 1964. Yah….pada tahun itu, ketenangan dan keindahan lembah Lawu membuat beliau merasa yakin menurunkan ilmu-ilmunya pada murid-murid padepokan Merdi Anorogo Sakti yang baru saja beliau dirikan.
September 1965, peristiwa kelam terjadi, pemberontakan Komunis menyebabkan beliau bersama murid-murid padepokan Merdi Anorogo Sakti mengangkat senjata bersama-sama Prajurit TNI yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, menumpas pemberontakan yang mengalirkan darah berminggu-minggu, berbilang bulan sehingga bengawan Madiun banjir darah pemberontak dan syuhada serta putra terbaik bangsa menjadi satu.
Selesai menumpas pem,berontakan PKI, beliau fokus lagi menurunkan ilmu-ilmunya kepada para murid padepokan, ada 6 murid kinasih yang aktif menimba ilmu pada beliau yatu:
1. Wagiman
2. Purdjito
3. Soemarmo
4. Maelan
5. Kusdi
6. Ahmad Nidom
Usia senja membuat Eyang Mursid kembali ke tanah kelahirannya di Wonokromo, Surabaya hingga ajal menjemput, segenap ilmunya telah tuntas ia turunkan kepada murid-muridnya.

3. Pewaris Eyang Wagiman
Salah satu dari sekian banyak murid-murid Eyang Mursid sebagai pewaris dan penerus kebudayaan pencak silat adalah Wagiman muda, beliau dilahirkan di kota Magetan, pada tanggal 31 Januari 1944, pada tahun 1966, saat terjadi peralihan orde lama ke zaman orde baru membuat suram pedepokan Merdi Anorogo Sakti, namun Wagiman muda yang cerdas tekun berlatih jurus-jurus silat warisan gurunya dengan penuh semangat dan rasa ikhlas.
Tahun 1969, di Kabupaten Magetan terdapat kekosongan kegiatan organisasi Pencak Silat Indonesia/IPSI, sehingga Komite Nasional Olahraga Indonesia/KONI menunjuk dan mengangkat Wagiman sebagai ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia Cabang Magetan. Beliau menjabat sebagai ketua IPSI dari tahun 1969-1971, beliau mengiatkan kembali kegiatan olahraga pencak silat di kabupaten Magetan kala itu.
Saat-saat itu dicatat dalam sejarah kabupaten magetan sebagai waktu menjelang lahirnya jabang bayi Pencak Silat Cempaka Putih, atas dukungan dan dorongan dari Kepala Resorts/Polres 1054 Magetan dan Komandan Komando Daerah Rayon Militer/ KODIM 0804 Magetan, beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 18 Juli 1974, berdirilah sebuah Perguruan seni Beladiri di kabupaten magetan yang diberi nama Perguruan Pencak Silat Cempak Putih , terletak pada Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
Di dalam mendirikan organisasi olahraga bela diri ini, beliau di dukung oleh saudar-saudara seperguruannya, antara lain:
- Kolonel Polisi Drs. Cuk Sugiarto, MA
- Letnal Kolonel Polisi Drs. Pranowo
- Kapten Infanteri Purnawirawan Ngadeni
- Letnan Satu Polisi Puguh
- Peltu Polisi Purnawirawan Masdar
- Peltu Polisi Mulyono M.S
- H Soemarmo
- Purdjito
- Ahmad Nidom
- Maelan
- Kusdi
- Dan masih banyak lagi
Dalam pengembangannya telah disiapkan pula jajaran para pelatih yang handal antar lain:
- Kusdi
- Sugeng Haryono
- Syukirno
- Suprapto
- Totok Suprapto
Dengan modal anggaran dasar dan angggaran rumah tangga organisasi Pencak Silat Cempaka Putih, landasan Moral Pancasila dan landasan operasional *Panca Setia Cempaka Putih serta semboyan Perguruan *Wiro Yudho Wicaksono dengan lambang *Bunga Cempaka Putih berdiri dengan kokoh dan mekar mewangi, berkembang ke seluruh persada nusantara.
Dalam pengembangannya organisasi ini berpedoman pada ajaran-ajaran dan kaidah-kaidah pencak silat serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang maju dan modern tanpa meninggalkan nilai-nilau luhur bangsa iIndonesia.
Dengan bekal materi ilmu lahir maupun batin yang di kembangkan dan dituangkan dalam bentuk pembinaan dan pengajaran yang meliputi:
- Pendidikan Ilmu Pencak Silat
- Pendididkan Ilmu Tenaga Dalam
- Pendidikan Ilmu Terapi Penyembuhan Tenaga Dalam
- Pendidikan Ilmu Kerohanian/kebatinan
Saat ini olah raga beladiri seni Pencak Silat Cempaka Putih atau sering di sebut sebagai PSCP telah berkembang dan memiliki jutaan pendekar yang terdiri dari empat tataran tingkat kependekaran, yaitu:
- Tingkat Pendekar Purwa
- Tingkat Pendekar Madya
- Tingkat Pendekar Wasana
- *Tingkat Pendekar Dwija

• *Dwija: sebutan Untuk Mahaguru Pendiri Pencak Silat Cempaka Putih, Yakni Eyang Wagiman/Dwija Wagiman, tanpa menyebut gelar Purwa Madya dan Wasana, di belakang atau di depan nama beliau.
• *Wiro Yudho Wicaksono, sebuah semboyan keprajuritan zaman kerajaan yang mengutamakan keberanian, kegagahan, kerendah hatian dan kebijaksanaan dari cara hidup prajurit perang dan kesatria yang penuh dengan etos, dedikasi, perjuangan, kerja keras, pantang menyerah dan disiplin.
• *Bunga Cempaka Putih, bunga kantil dalam bahasa Jawa, Sunda Cempaka Bodas, Madura Campaka, Aceh Jeumpa Gadeng, Minangkabau Cempaka Putieh, Mongondow Campaka Mopusi, Makasar Bunga Eja Kebo, Bugis Bunga Eja Mapute, Ternate Capaka Babudo, Tidore Capaka Babulo, dalam tradisi nusantara bunga ini sebagai bunga pemujaan pada arwah leluhur yang menghubungkan alam Ghaib dan alam Dunia. Kandungan kimianya di pergunakan untuk industry minyak wangi, farmasi dan aroma theraphy, pohonnya bisa mencapai usia ratusan tahun dengan kanopi tinggi, daun lebar dan rimbun.


Add caption


Tidak ada komentar: